Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2013

Cinta Akan Tersenyum Diam-diam, Disana..

Aku masih bisa menatap mata belo itu dengan mata minus ini, mata yang sudah lama kukenal, bahkan pernah menjadi mata yang paling indah. Berada disatu ruangan yang sama, melihat ke arah yang sama, tapi ekor mataku selalu menangkapmu dalam diam. Laki-laki berkulit putih, dengan postur tubuh yang cukup tinggi, poni yang sudah panjang, masih sama seperti dulu saat pertama kali aku menjumpaimu. Jatuh cinta pada sosok yang belum pernah kutemui sebelumnya, aneh. Aku ingat, saat itu aku yang mencarimu bukan kamu yang mencari aku.  Sore itu keringat mengucur deras dari sela-sela ponimu. Seperti berlomba-lomba untuk jatuh kepipi yang tidak terlalu berisi itu. Suara nyaring, teman-temanmu yang tertawa bersamamu. Masih terekam jelas dipikiranku. Kita tidak bicara, tapi mata kita saling menatap penuh arti mampu melunakkan suasana yang kaku karna rasa malu. sampai.. tangan kita saling merapat, mengisi ruas-ruas jemari ini yang sebelumnya kosong tak terisi. dibawah pohon rindang dengan a...

Pilihan

Mengapa memilih tidak pernah sesederhana dipilih? Jangan salahkan hujan lagi karna turun disaat yang tidak tepat, membawa suasana semakin sendu. Bersama iring-iringan lagu bernada lembut, dan juga suara ujung jari dan keyboard yang mengetik kata-kata cinta penuh keraguan.  Dihadapkan dua pilihan, pilihan yang sudah terjadi sejak 8 bulan yang lalu, ya 2012. Aku masih ingat betul bagaimana semua ini berawal, dasar. Menggelikan namun tidak ada sedikitpun kepantasan untuk ditertawakan.  "Bodoh, memilih saja tidak pernah benar." pekikku dalam hati bodoh memang, merangkai kata saja aku masih merasa ragu. Ini kedua kalinya aku harus memilih, kedua kalinya. Menyebalkan, kenapa tidak diri kalian sendiri yang memilih? pertanyaan yang mungkin akan dijawab dengan  "Ini filmmu, kamu sutradaranya, kamu penulis skenarionya, kamu pemeran utamanya, kamu juga yang harus memilih tidakan untuk kelangsungan filmmu sendiri" Sampai saat ini, kalimat pernyataan yang ...
tik..tik..tik Suara rintikan hujan yang datang memburu membawa setiap inchi film yang pernah ada. ya, termasuk membawamu kembali, meski hanya dalam bentuk bayang masa lalu. Hangat dekap masal lalu, lagi-lagi. Aku benci dengan perasaan seperti ini. Tidak karuan walaupun aku berusaha membuat teratur. menahan senyum kecil dibibir tidak semudah apa yang dibayangkan. Memutar setiap detail saat-saat kamu membuat lelucon. Siapa yang tahu senyum kecil ini menjadi tangis hanya karna kau mengingat satu kenyataan. tik..tik..tik Sosok yang tak kutemui lagi, tak kusapa meski aku menatap tajam. Sepi, sepi yang kian membuat banyak debu disetiap sudut ruang, rasanya sesak. Melihat senyummu yang sederhana tapi membahagiakan, bukan karnaku atau karna kita, pahit. Mendengar suara nyaring itu, tak akan merusak tapi akan menjadi sangat menyakitkan ketika "sayang" itu bukan arahku lagi.  menyakitkan ketika kamu bukan menjadi alasan lagi bagi dia, sesederhana itukah merasa tersaki...