Pilihan

Mengapa memilih tidak pernah sesederhana dipilih?

Jangan salahkan hujan lagi karna turun disaat yang tidak tepat, membawa suasana semakin sendu. Bersama iring-iringan lagu bernada lembut, dan juga suara ujung jari dan keyboard yang mengetik kata-kata cinta penuh keraguan. 

Dihadapkan dua pilihan, pilihan yang sudah terjadi sejak 8 bulan yang lalu, ya 2012. Aku masih ingat betul bagaimana semua ini berawal, dasar. Menggelikan namun tidak ada sedikitpun kepantasan untuk ditertawakan. 

"Bodoh, memilih saja tidak pernah benar." pekikku dalam hati

bodoh memang, merangkai kata saja aku masih merasa ragu. Ini kedua kalinya aku harus memilih, kedua kalinya. Menyebalkan, kenapa tidak diri kalian sendiri yang memilih? pertanyaan yang mungkin akan dijawab dengan

 "Ini filmmu, kamu sutradaranya, kamu penulis skenarionya, kamu pemeran utamanya, kamu juga yang harus memilih tidakan untuk kelangsungan filmmu sendiri"

Sampai saat ini, kalimat pernyataan yang ku rangkai sendiri itu semakin membuatku gila. Harus berapa banyak kalimat lagi untuk menggambarkan diriku sendiri? di filmku sendiri? Ini filmku, kenapa harus aku yang terkorbankan oleh keadaan?

Mengapa hanya dengan sebelah mata kalian memandang? tak pernah sepenuhnya, pernah sepenuhnya, tapi sepenuhnya salahku. Lempari aku dengan berbagai macam pertanyaan atas dasar kepercayaan, bunuh aku dengan kejujuranku sendiri, semoga aku bahagia karna tak pernah bisa membohongi perasaanku sendiri.

Andai, kalian tau apa yang kalian ingin lakukan bukan mendengar apa yang ingin aku lakukan. Andai, aku ini pilihan bukan pemilih. Karna, memilih tak pernah sesederhana dipilih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sedang apa?

Seharusnya

Begitu saja