Postingan

Sedang apa?

Teruntuk kekasihku, yang sedang bercumbu dengan kantuk. Sedang mimpi apa? Semoga yang baik-baik terus menjadi baik. Coba, tanyakan aku sedang apa. Aku sedang duduk dan diam menikmati remang lampu kamarku. Aku sedang memikirkan percumbuanmu dengan kantuk, andai aku adalah kantuk maka akulah yang akan selalu kau dekap setiap malam, meski barang hanya satu jam. Aku sedang memikirkan percumbuanku dengan kantuk, ah tapi kantukku tidak kunjung datang, justru bayangmu yang tidak mau pulang. Aku sedang tidur-tiduran dan diam menatap langit-langit gelap kamarku. Mimpimu bagus ya? tapi aku tidak ingin kamu bermimpi tentangku. Iya, karena untuk bersua denganku kamu tidak perlu bermimpi, kekasihku. Selamat tidur, kekasih.

Tidak tahu

Kamu mencintai karena tidak tahu untuk apa menyakiti. Kamu mencintai karena tidak tahu untuk apa sendiri. Lalu kamu menyadari, Betapa indah cinta karena tidak tahu, selain mencintai.

Begitu saja

Aku bersembunyi.. Aku membuat sedikit gaduh.. Aku mengadu dua hati.. Agar aku dicari.. Agar aku disadari.. Apakah itu aku, Apakah itu kamu, Apakah itu kita.. Aku benci harus menyadari Bukan karena aku tak ingin.. Tapi aku cinta. Tidak tau untuk apa, begitu saja.

Maaf, Aditya.

Teruntuk Aditya, Di kamar ukuran 3x4, di rumah ibu, di warung.. Aku tahu semua sudah berjalan sesuai inginmu, sesuai imajimu, iya tanpa oranglain, sepertiku. Aku tahu semua sudah membaik sesuai kehendakmu, sesuai imajimu, masih tanpa oranglain, sepertiku. Itukan yang kamu maksud, Aditya? Bahkan menyebut namamu saja akan kau larang, apalagi harus muncul dihadapanmu, nafasku berhenti sejenak. Kudengar, Kudengar kopimu menghangat, menikmati kopimu untuk kali pertama ternyata menjadi yang terakhir juga ya, Aditya. Kudengar teman-temanmu semakin akrab, menjadi dekat denganmu ternyata bukan hal yang mudah ya, Aditya. Kudengar hari-harimu sudah jauh lebih baik, ternyata didekatmu tak baik untukmu ya, Aditya. Aku mendengar, tapi tidak melihat. Karena, nafasku akan berhenti untuk lima detik, lalu berlanjut dengan nafas panjang. Aku mendengar, tapi tidak berucap. Menyebut namamu saja seakan dunia menjauhiku. Kamu tau Aditya? Kali ini lebih jauh dari yang kamu kira. iya. iya...

Dia sedang Merindu

Hujan sore ini terlalu lama, membawa angin pesakitan bagi jiwa yang menyepi, menepi sendiri. Langit yang abu, awan hitam, menghalangi romantika senja sore ini untuk berpulang ke surga. Menjamah lelah menjadi gundah. Mengelabui malam, menjadi malam tak berbintang. Sialnya, aku selalu menunggu hujan, meski semesta tak seindah biasanya. Hujan selalu mampu membawaku untuk kembali pulang, pada kehangatan rumah yang terindukan oleh diri. Hujan selalu membawaku dalam dingin tak berarti, karena tak mampu berpulang pada peluknya. Bukan dia, bukan dia yang aku rindukan, namun hangat peluknya. Hangat yang justru memaksaku untuk melangkah lebih jauh, agar tidak ada yang tersakiti. Agar tidak ada kemenangan atas ego masing-masing. Bahagiaku bukan lagi prioritasmu, bahagiamu masih ku jaga dalam doa, agar Tuhan mengerti betapa hati ini ingin menjauh karna inginku agar kau bahagia, meski bukan dalam hangatku. Agar Tuhan mengerti bagaimana doa ini selalu terpanjatkan, messki dia telah bahagia send...
Garis mana lagi yang tak Kau luruskan, hingga aku harus menyadari garis itu sendiri. Takdir mana lagi yang tak Kau ijinkan berubah, hingga aku hanya mampu berdoa dan berpasrah. Kau buat seakan tak berujung, seakan tak berpintu, seakan aku terjebak. Takut, aku menjadi dingin, lebih dingin daripada hati yang pernah remuk berkeping-keping. Takut, aku menjadi rentan, lebih rentan daripada daun yang tertiup angin. Takut, aku menjadi penikmat rasa sakit, hingga aku lupa aku harus bahagia.  Berkali-kali dihantam oleh cambuk dunia, melawan sama artinya dengan mengambil resiko yang mungkin kau sendiri tidak tahu, berapa lama luka cambukmu akan paling tidak membaik.  Berkali-kali dipaksa menelan pahit kenyataan, yang terasa menjijikan hingga kau lupa bagaimana pahit dan menjijikan menjadi hal yang menyebalkan, sampai terasa hambar. Berkali-kali dibiarkan mendingin bersama hati yang kecewa, hingga rasa ingin bahagiamu hilang karena berharap hanya berpulang pada kecewa. Mungk...

Duka Suka

Tuhan menuliskan, menggariskan, melukiskan, menggambarkan, me- untuk setiap kata kerja yang tak bisa kau tolak ataupun kau paksakan. Setiap takdir yang harus kau ridhai dengan ikhlas, kau jalani setiap langkah demi langkah dengan pijakan yang tertopang oleh sabarmu. Karena pada hakikatnya, manusia diciptakan untuk senang, luka, sabar, lalu bahagia..  Untuk setiap suka, yang menjadikannya melupa.. Mungkin aku yang terlalu melangkah jauh dari Tuhan, sehingga melupa untuk merasa cukup.  Untuk setiap duka, yang menjadikannya tak berharga diri lagi.. Harga diriku dihadapan Tuhan seakan tak ada lagi, akulah pengemis kemurahan hati Tuhan. Untuk setiap ikhlass, yang menjadikannya dewasa. Dipaksa menjadi dewasa, dipaksa mengerti arti benar dan salah. Dalam sabar yang merindukan kelapangan dada. Untuk setiap senang, luka, sabar, yang menjadikannya bahagia.. Bahagia bukan lagi tentang aku yang memilikimu, atau aku yang menjadi hampir tak memiliki kekurangan. Baha...