Maaf, Aditya.
Teruntuk Aditya,
Di kamar ukuran 3x4, di rumah ibu, di warung..
Aku tahu semua sudah berjalan sesuai inginmu, sesuai imajimu, iya tanpa oranglain, sepertiku.
Aku tahu semua sudah membaik sesuai kehendakmu, sesuai imajimu, masih tanpa oranglain, sepertiku. Itukan yang kamu maksud, Aditya?
Bahkan menyebut namamu saja akan kau larang, apalagi harus muncul dihadapanmu, nafasku berhenti sejenak.
Kudengar,
Kudengar kopimu menghangat, menikmati kopimu untuk kali pertama ternyata menjadi yang terakhir juga ya, Aditya.
Kudengar teman-temanmu semakin akrab, menjadi dekat denganmu ternyata bukan hal yang mudah ya, Aditya.
Kudengar hari-harimu sudah jauh lebih baik, ternyata didekatmu tak baik untukmu ya, Aditya.
Aku mendengar, tapi tidak melihat. Karena, nafasku akan berhenti untuk lima detik, lalu berlanjut dengan nafas panjang.
Aku mendengar, tapi tidak berucap. Menyebut namamu saja seakan dunia menjauhiku. Kamu tau Aditya? Kali ini lebih jauh dari yang kamu kira.
iya.
iya.
maaf, Aditya. Kamu tidak perlu marah lagi hanya karena aku memikirkan mu, hanya karena aku berdoa untuk bahagiamu.
Aku akan menyalahkan diriku sendiri karena tidak berhasil memahami segala hal.
Aku akan menyalahkan diriku sendiri karena tidak mampu menyembunyikan perasaanku.
Maaf, Aditya.
Di kamar ukuran 3x4, di rumah ibu, di warung..
Aku tahu semua sudah berjalan sesuai inginmu, sesuai imajimu, iya tanpa oranglain, sepertiku.
Aku tahu semua sudah membaik sesuai kehendakmu, sesuai imajimu, masih tanpa oranglain, sepertiku. Itukan yang kamu maksud, Aditya?
Bahkan menyebut namamu saja akan kau larang, apalagi harus muncul dihadapanmu, nafasku berhenti sejenak.
Kudengar,
Kudengar kopimu menghangat, menikmati kopimu untuk kali pertama ternyata menjadi yang terakhir juga ya, Aditya.
Kudengar teman-temanmu semakin akrab, menjadi dekat denganmu ternyata bukan hal yang mudah ya, Aditya.
Kudengar hari-harimu sudah jauh lebih baik, ternyata didekatmu tak baik untukmu ya, Aditya.
Aku mendengar, tapi tidak melihat. Karena, nafasku akan berhenti untuk lima detik, lalu berlanjut dengan nafas panjang.
Aku mendengar, tapi tidak berucap. Menyebut namamu saja seakan dunia menjauhiku. Kamu tau Aditya? Kali ini lebih jauh dari yang kamu kira.
iya.
iya.
maaf, Aditya. Kamu tidak perlu marah lagi hanya karena aku memikirkan mu, hanya karena aku berdoa untuk bahagiamu.
Aku akan menyalahkan diriku sendiri karena tidak berhasil memahami segala hal.
Aku akan menyalahkan diriku sendiri karena tidak mampu menyembunyikan perasaanku.
Maaf, Aditya.
Komentar
Posting Komentar