Andai
Tahun-tahun tersulit yang mungkin kamu sendiri emang nggak pernah mau tau, kan. Berlari dari satu tempat ke tempat lain, berjalan meski tanpa arahan. Aku hanya ingin berlari menjauh dan berlalu, seperti kamu yang selalu berusaha mendekatkanmu dengan tujuanmu sendiri. Seakan menjadikan semua harapan untuk berpulang pada keputus asaan. Pupus. Seberapa banyak sajak yang ku tulis hanya tentang kamu, sebanyakan apa dalam satu hari aku mampu memikirkanmu, sebanyak apa namamu selalu terucap dalam setiap doa, semua tak akan menyadarkan apapun terkecuali kesadaranku untuk mengatakan semua sudah berakhir. Tak akan mampu membuka hati itu lagi, hati yang ku kunci sendiri dengan kecewa.
Menjadikan setiap persinggahan hanya sebagai tamu, menyediakan kasih sayang bagai kopi yang hangat lalu mendingin karna terlalu dijaga bukan diseduh. Terlalu banyak kepalsuan yang dipertahankan. dan, terlalu banyak rindu yang tak tersampaikan, lagi-lagi masih kamu. Sesak, saat harapan ini berbuah rindu. Menghadirkan ingatan yang seharusnya tak pernah lagi atau malah tak pantas untuk selalu diingat. Hanya perlu dilupakan tanpa meninggalkan bekas.
Menganggap semuanya baik-baik saja atas kasih sayang orang lain. Menjadikan tempat persembunyian atas kamu. Pembodohan atas diri orang lain. Persetan dengan kata orang tentang persinggahan itu. Bagaimana bisa aku selalu berpura-pura dengan kejujuran. Bagaimana bisa aku menerka-nerka harapan yang mungkin perasaanku sendiri sudah tidak bisa merasakan. Bagaimana bisa.. bagaimana bisa kamu kembali lagi dengan segala dingin disetiap sela hati, raga, dan pikiranmu.
Andai, memilikimu masih semudah menulis tentangmu. Andai.
Komentar
Posting Komentar