Mengapa Hujan?

Mengapa hujan? Kamu pernah bilang "Tampakkan wajahmu saat hujan deras, rasakan sensasi dari baunya" Benar saja, aku mempraktekkan. Sensasi yang begitu hebat, muncul dari setiap anak tulangku. Dingin namun mendamaikan.

Mengapa hujan? Kamu pernah mempraktekan menembus hujan, membiarkan tulangmu mengilu biru. Kamu bilang hujan bercerita banyak tentangku padamu "Mereka bilang kamu imut banget, kata mereka juga kita pasangan yang cocok" aku menatap heran ke matamu "percaya deh sama aku" 

Mengapa hujan? Mengapa hujan? Mengapa kamu? Mengapa kamu?

Iya, kamu hanya pernah bilang.

Meninggalkan secercah harapan, begitu saja. Kamu yang pergi begitu saja, mengapa kamu membuat aku cinta pada hujan? Aku membersihkan jalanan kota, tempat dimana kamu dulu mempraktekan aksi menembus hujan. Membersihkan untuk mencari-cari lagi sisa harapanmu, yang seharusnya tidak aku harapkan lagi.

Mengapa hujan? Kamu sengaja ya? Sengaja meminta hujan agar datang saat kamu pergi, mungkin tidak kembali lagi.

Aku pilu, pilu saat hujan turun. Benci bersama rindu.. sesak.

Apa kita bisa kembali? Apa mungkin?

"Semuanya mungkin kok, cuma aku nggak berharap aja"

"mengapa hujan?"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sedang apa?

Seharusnya

Begitu saja